Skip to main content

Senja dan fajar

Langit di atas tanahku tak berwarna biru. Awan kelabu memayungi selaksa raya. Dulu aku selalu berharap agar hujan meluahkan tangisnya. Hujan menangis? Tentu. Tak hanya langit saja yang bisa melakukannya, hujan pun bisa. Hujan tak hanya menurunkan airmatanya lebih deras dari biasanya tetapi menyertakan jeritan getir sakitnya melalui halilintar yang mengelegar.
Hujan, aku selalu menyambutmu. Bila bulir-bulir pertama memainkan harmony di atas gentingku, aku akan menari bersamamu. Namun, hari ini tidak begitu inginku. Aku memilih duduk termangu, memutar balik sebuah puzle kehidupan yang melibatkan getar rasa dan juga asa.
Kamu, Awan. Kemarin aku masih menunggu pesanmu yang menanyakan kabar hatiku, kabar imanku, … atau-atau menerima permintaanmu untuk selalu menjaga diriku dan menjaga imanku. Masih ingatkah dengan hal itu? Mungkin kamu telah lupa. Karena kemarin itu hakikatnya sangat lama. Bisa sehari yang lalu, sebulan yang lalu, setahun yang lalu atau di kehidupan yang lalu.
Tapi, aku masih ingat bunyi pesanmu waktu itu;
13595652141150301867
“Bila lelah, tataplah senja. Maka kamu akan merasa damai karenanya. Tak perlu takut padanya meski pelan-pelan ia akan menggelar pekatnya jelaga. Bukankah dengan kegelapan malam kamu bisa menikmati kelip bintang dari surga. Kata eyang, bintang di angkasa adalah titisan roh-roh suci yang diutus Tuhan untuk menerangi kegelapan hati manusia di dunia. Bintang bisa pula reinkarnasi leluhur, keluarga, atau sahabat kita yang lebih dulu berpulang kepadaNya. Ucapkan salam. Bila ia akan berkedip padamu, ketahuilah, bintang itu adalah belahan hatimu yang kamu rindu.”
1359565356749763546 Awan, hujan sore ini terus turun sangat deras. Senja dan malam berbintang sepertinya enggan menyapa. Apakah senja di langitmu memancarkan warna orange? Bila iya, tunggulah beberapa saat hingga bintang menyapa. Mungkin kamu bisa menemukan bintang dari tititsan ruh seseorang yang kamu rindu itu. Bukan dengan jari kamu menemukannya, tapi dengan hati dan satu kedipannya. Bila kamu tak menemukannya, tolong sampaikan salamku untuk senja dan bintang yang memenuhi langitmu.
Namun, manakala langit kita sama kelabunya, percayalah, esok pasti pasti pasti cerah akan tiba. Dan untuk senja hari ini, biarkan ia membawamu untuk beristirahat. Biarkan ia melepaskanmu dari penat.

“Mana boleh kita menyuruh Tuhan, Na? Kepastian adalah kuasaNya.”
“Tapi kita harus yakin bahwa Dia pasti mengabulkan doa kita, tidak mesti sekarang tapi bisa juga nanti, bukan?”
Awan, hitam malam akan kembali membawa kita pada semburat orange fajar. Di sana ada percikan asa yang menunggu tangan-tangan kita merangkainya menjadi nyata. Bahwa impian semalam musti kita wujudkan.

Namun kenyataannya, aku dan kamu itu seperti senja dan fajar. Senja dan fajar sama-sama memiliki warna orange, sama-sama menjadi pembatas gelap dan terang, sama-sama menjadi lintasan waktu para malaikat menyerahkan laporannya kepada Tuhan. Sayangnya, senja dan fajar tak pernah bersatu dalam satu waktu. Aku dengan mimpiku, kamu dengan mimpimu.

Comments

Popular posts from this blog

Essay & Analisis cerpen " The will of Allah"

Cerita pendek yang berjudul “ The will with Allah” itu bercerita tentang 2 orang yang bernama sule dan dogo dimana mereka adalah seorang perampok yang biasa merencanakan kejahatan terhadap sebuah rumah. Cerita ini berlatar tepatnya di Nigeria. Cerita ini ditulis oleh David Owoyele dimana david sendiir adalah seorang berkebangsaan Afrika dan pada tahun 70 david menulis cerita pendek ini dalam bahasa inggris, dan cerpen ini juga termasuk dalam Anglophonic ( Cerita yang berbahasa inggris dan bukan dari brtish).             Dalam cerita ini tokoh yang dilakoni oleh sule memiliki keyakinan yang kuat terhadap tuhannya, dimana ketika ia melakukan sesuatu, ia selaluu mengaitkannya dengan keyakinan. Bahkan saat ia ingin melakukan pencurian ia juga bahkan berpegang teguh terhadap keyakinannya, ia berprinsip bahwa hidup itu adalah kehendak allah dan pekerjaannya sebagai seorng perampok itu sudah dalam takdir tuhan. Dalam hidupnya ia sellau memasrahkan keadaan terhadapa tuhannya, misalnya

UTS Short Story BSI'13 UIN SGD BDG

Firly Yunanda Damanik 1135030088 Class-3C UTS 1.       A. “Indian camp” menceritakan tentang seorang anak   bernama Nick dan ayah nya yg berprofesi sebagai dokter yang sedang ingin pergi memancing. Ketika mereka berhenti disebuah danau, nick melihat ada sebuah percampingan dan diantara orang-orang camping itu salah satu dari mereka datang meminta pertolongan dan Nick un mendatangi ayah nya untuk menyampaikan jika ada diantara org yang berada di camp itu meminta pertolongan kepadanya.   Ayah Nick pun mendatangi camp tersebut, ternyata ada seorang wanita indian yg sedang akan melahirkan. Tanpa berfikir panjang ayah Nick langsung melakukan pertolongan kepada wanita indian tersebut hal itu disaksikan langsung oleh Nick. Nick bertanya pada ayahnya, apa yang terjadi pada wanita itu ayah, ayah nick mengatakan jika wanita itu akan melahirkan sebuah bayi, Ayah nick memerintahkan nick untuk segera mengambil air hangat dan keperluan sebagainya. Wanita yang ingin melahirkan tersbut t

Lantas, Kita Harus Bersyukur

            Setelah beberapa tahun yang lalu, masih sama di bulan ramadhan. Beda nya waktu itu bukan di depan umum, tapi secara pribadi seorang bapak yang datang kesekolah karena kasus anaknya yang selalu menggunakan sepatu bewarna , ternyata beliau tidak memiliki uang untuk membelikan sepatu, lalu curhatan demi curhatan pun muncul. Hari ini mungkin dalam waktu yang sama, dan lagi-lagi mungkin tuhan ingin menunjukkan seberapa besar kita harus bersyukur. Sore ini tepatnya dalam sebuah rapat pertemuan orang tua wali murid, guru yang bersangkutan dan murid kelas 6 SD. Pada saat itu, kebetulan aku diundang untuk mendampingi ibu   Nur dalam menyampaikan hasil Kelulusan Ujian Nasional.Aku duduk disebalah ibu Nur,ku lihat dari setiap sudut bola mata yang hadir di depan ku penuh cemas dan harapan. Ada harapan-harapan yang indah disana, terlebih harapan akankah buah hati mereka mampu merubah hidup yang penuh lika liku ini. Lalu setelah kata demi kata muncul dari ibu Nur, tibalah pada sesi a