Pada mulanya hujan itu hanya ada di dalam mimpiku, di dalam tidurku, di sepasang mataku yang terpejam. Kemudian hujan itu jatuh cinta kepada sepasang mataku yang tidak tidur. Aku selalu menemukan bebulu mataku basah bagai embun di rerumputan, di pagi dan sore hari. Kemudian hujan itu jatuh cinta juga kepada tubuhku. Hujan senang sekali menyiram-memandikan tubuhku. Tubuhku tiba-tiba saja memiliki sebuah kamar mandi dengan sebuah kolam yang selalu penuh dengan hujan. Kemudian hujan itu jatuh cinta kepada tempat tidurku, kepada kamarku, juga rumahku. Rumahku penuh hujan. Aku melihat lemari, kursi dan meja, pakaian, buku-buku, dan kenanganku berenang-renang di genangan hujan. Kemudian hujan jatuh cinta kepada halaman rumahku. Hujan menenggelamkan pohon-pohon dan bunga-bunga yang pernah ditanam di taman itu. Aku melihat tangkai dan bangkai bunga mengapung-apung di depan rumahku. Kemudian hujan itu juga jatuh cinta kepada jalan raya. Aku menyaksikan hujan itu berjalan seperti kenda...